Minggu, 15 Maret 2009

Pencegahan Penyakit Rabies

Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan vaksin rabies baru berbasiskan antibodi anti-idiotype. Antibodi ini memiliki keunggulan meniru sifat antigenik dan berkarakteristik serologis internal image, sehingga berpeluang diproduksi dalam jumlah besar. Antibodi ini juga tak mengandung risiko infeksi di lapangan.

Sayu Putu Yuni Paryati, peneliti vaksin rabies ini, menyatakan antibodi anti-idiotype terbukti mampu menginduksi terbentuknya antibodi yang menetralkan virus rabies, meski kadarnya masih lebih rendah dibanding vaksin virus rabies.

Kadar induksi anti-idiotype terhadap antibodi protektif rabies, kata dia, tercatat lebih tinggi daripada 0,5 IU/ml. ''Ini berarti antibodi ini nantinya bisa untuk pencegahan rabies,'' tutur mahasiswa S3 Program Studi Sains Veteriner IPB itu dalam presentasi 'Antibodi Anti-Idiotipe Sebagai Kandidat Vaksin Rabies' di kampus Darmaga IPB, pekan lalu.

Menurut dia, diperlukan riset lanjutan dan dukungan dari berbagai pihak agar antibodi ini dapat diproduksi dalam bentuk vaksin secara massal. Apalagi vaksin yang ada pada saat ini memiliki sejumlah kelemahan cukup vital.

Umumnya, upaya pencegahan rabies dengan vaksinasi menggunakan virus rabies yang telah dilemahkan. Virus rabies sulit ditumbuhkan atau dibiakkan secara buatan untuk kepentingan vaksin, sehingga biaya produksinya sangat mahal. Pengembangbiakan virus untuk vaksin ini dilakukan dengan cara menyuntikkan virus pada otak domba atau mencit.

Virus rabies memiliki sifat sangat infeksius dan ganas juga dapat membahayakan petugas lapangan apabila secara langsung digunakan sebagai antigen. Kelemahan ini, sebenarnya bisa diatasi dengan pemakaian vaksin unit struktur atau subunit, namun vaksin subunit tidak begitu imunogenik.

''Oleh karena itu, perlu pengambangan vaksin yang aman, efektif dan protektif. Salah satunya dengan pengembangan vaksin berbasis antibodi anti-idiotype,'' papar dia.

Penyakit rabies tergolong amat ditakuti di seluruh dunia. Korban rabies mengalami penderitaan luar biasa sebelum meninggal. Mereka menderita fotofobia (takut cahaya), karenanya harus disimpan ditempat gelap dan diikat. Mereka kerap mencakar tubuh sendiri. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan.

Penyakit ini dapat menular akut pada susunan syaraf dan menyerang semua hewan berdarah panas, terutama anjing, kucing, dan kera. Keunikan rabies adalah masa inkubasi penyakit ini cukup lama, dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Akibatnya, seseorang bisa saja membawa anjing yang dikira sehat padahal sudah ada virus rabies dalam tubuhnya. Dengan cara inilah rabies menyebar ke berbagai tempat.

Bahaya Rabies

Penyakit Rabies atau penyakit anjing gila adalah penyakit hewan yang menular yang disebakan oleh virus dan dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia.

Pada hewan yang menderita Rabies, virus ditemukan dengan jumlah banyak pada air liurnya. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke manusia terutama melalui luka gigitan . Oleh karena itu bangsa Karnivora (anjing,kucing, serigala) adalah hewan yang paling utama sebagai penyebar Rabies.

Penyakit Rabies merupakan penyakit Zoonosa yang sangat berbahaya dan ditakuti karena bila telah menyerang manusia atau hewan akan selalu berakhir dengan kematian.

Mengingat akan bahaya dan keganasannya terhadap kesehatan dan ketentraman hidup masyarakat, maka usaha pencegahan dan pemberantasan penyakit ini perlu dilaksanakan secara intensif. Untuk itu pemerintah menetapkan agar Indonesia bebas Rabies pada tahun 2005.

Hewan yang rentan dengan Rabies

Semua hewan berdarah panas rentan dengan Rabies. Penyakit Rabies secara alami terdapat pada bangsa anjing, kucing, kelelawar, dan karnivora liar.

Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit Rabies pada anjing dan kucing kurang lebih 2 minggu (10 hari- 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu dan paling lama 1 tahun.

Tahapan Penyakit Rabies

Perjalanan penyakit Rabies pada anjing dan kucing dibagi dalam 3 fase (tahap).

1. Fase Prodormal : Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri , tetapi dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari . Setelah fase Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bias langsung ke fase Paralisa.

2. Fase Eksitasi : Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran , selanjutnya masuk ke fase Paralisa.

3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan berakhir dengan kematian.

Tanda-Tanda Penyakit Rabies Pada Hewan Dan Manusia

Pada anjing dan kucing, penyakit Rabies dibedakan menjadi 2 bentuk , yaitu bentuk diam (Dumb Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).

Tanda – tanda Rabies bentuk diam :

* Terjadi kelumpuhan pada seluruh bagian tubuh.

* Hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan dan air liur menetes berlebihan.

* Tidak ada keinginan menyerang atau mengigit. Hewan akan mati dalam beberapa jam.

Tanda – tanda Rabies bentuk ganas:

* Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya.

* Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak.

* Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha belakangnya .

* Anak anjing menjadi lebih lincah dan suka bermain , tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam beberapa jam.

Tanda-Tanda Rabies Pada Manusia :

* Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya, udara, dan suara.

* Airmata dan air liur keluar berlebihan .

* Pupil mata membesar.

* Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan.

* Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.

Tindakan Terhadap Hewan Yang Menggigit

Anjing, kucing dank era yang menggigit manusia atau hewan lainnya harus dicurigai menderita Rabies. Terhadap hewan tersebut harus diambil tindakan sebagai berikut :

* Bila hewan tersebut adalah hewan peliharaan atau ada pemiliknya , maka hewan tersebut harus ditangkap dan diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi selama 14 hari. Bila hasil observasi negatif Rabies maka hewan tersebut harus mendapat vaksinasi Rabies sebelum diserahkan kembali kepada pemiliknya.

* Bila hewan yang menggigit adalah hewan liar (tidak ada pemiliknya) maka hewan tersebut harus diusahakan ditangkap hidup dan diserahkan kepada Dinas Peternakan setempat untuk diobservasi dan setelah masa observasi selesai hewan tersebut dapat dimusnahkan atau dipelihara oleh orang yang berkenan , setelah terlebih dahulu diberi vaksinasi Rabies.

* Bila hewan yang menggigit sulit ditangkap dan terpaksa harus dibunuh, maka kepala hewan tersebut harus diambil dan segera diserahkan ke Dinas Peternakan setempat untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

Tindakan Terhadap Orang Yang Digigit (Korban)

1. Segera cuci luka gigitan dengan air bersih dan sabun atau detergen selama 5 – 10 menit kemudian bilas dengan air yang mengalir , lalu keringkan dengan kain bersih atau kertas tissue.

2. Luka kemudian diberi obat luka yang tersedia (misalnya obat merah) lalu dibalut longgar dengan pembalut yang bersih.

3. Penderita atau korban secepatnya dibawa ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Tindakan Terhadap Anjing , Kucing, atau Kera Yang Dipelihara

1. Menempatkan hewan peliharaan dalam kandang yang baik dan sesuai dan senantiasa memperhatikan kebersihan kandang dan sekitarnya.

2. Menjaga kesehatan hewan peliharaan dengan memberikan makanan yang baik , pemeliharaan yang baik dan melaksanakan Vaksinasi Rabies secara teratur setiap tahun ke Dinas Peternakan atau Dokter Hewan Praktek.

3. Memasang rantai pada leher anjing bila anjing tidak dikandangkan atau sedang diajak berjalan-jalan.

Himbuan Kepada Masyarakat